Sunday, August 17, 2014


Arti Tafakur dan meditasi

      Tafakur adalah suatu perenungan dengan melihat, menganalisa, meyakini secara pasti untuk mendapatkan keyakinan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah. Banyak hal dari Allahyang harus ditelaah, dianalisa hingga akal pikiran yakin dan perasaan menerima, seperti sifat sifat Allah, nama nama Allah, ciptaan ciptaan Allah semua akan membawa kepada percaya adanya Allah. Tuhannya Islam bernama Allah dengan memiliki 99 nama lainnya, Allah mempunyai sifat yang spesifik, mempunyai ciptaan, mempunyai dzat Ketuhanan. Tafakur dalam Islam akan meningkatkan tauhid, keyakinan dan kepercayaan kepada Allah berdasarkan akal pikiran dan perasaan atau hati.


    Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah, Tafakur juga dapat digunakan untuk setiap saat melihat, memperhatikan perilaku, sifat, kejadian, masalah yang setiap saat muncul selama manusia – umat Islam menjalani kehidupan.  
     Dalam menjalani kehidupan harus selalu diwaspadai, akan terjadi hal-hal baru yang baik atau buruk, menguntungkan dan atau merugikan. Semua ini ada yang dapat diatasi dan diatur, ada yang tidak, terjadi secara spontan menurutkan kehendak Allah Subhanahu Wa Taala, ada yang dapat diterima dan lebih sering tidak dapat diterima.

Tafakur dapat di bagi menjadi 3 golongon, yaitu:
1. - Tafakur Kepada Allah Subhanahu Wa Taala
2. - Tafakur Kepada Nabiyullah Muhammad Rasulullah Shalallahu Alaihi    Wasallam
3. - Tafakur Kepada Diri Sendiri



Saturday, August 2, 2014

SELAYANG PANDANG

     
Paguron Seni Bela Diri (PSBD) Samakta Daya Insani (SADANI) merupakan wadah berkumpulnya berbagai insan multi potensi dengan berjuta ide dan pikiran, dan dengan kesamaan yang jauh melebihi semua perbedaan tersebut. Perbedaan yang memperkaya dan kesamaan yang menguatkan. Samakta merupakan akronim dari “Sejatinya manusia yang taqwa” atau samakta kata dalam bahasa sunda yang berarti ‘menyeluruh’/’utuh’, sebuah cita-cita untuk membangun pribadi yang memiliki kualitas taqwa sehingga bisa direfleksikan dalam kehidupan nyata dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Upaya untuk mewujudkannya adalah dimulai dengan pengenalan diri pribadi secara utuh, total tidak secara parsial. Pendekatan dan metoda yang diupayakan adalah konsep 4TS (tadabbur, tafakur, tadzakur, tasyakur dan shabar) yang dikemas dalam bentuk kegiatan pembelajaran dan pelatihan yang diformulasikan dalam bentuk olah potensi diri.
   Potensi fitrah diri inilah yang menjadi landasan pengembangan dan pemberdayaan diri sehingga dapat mewujud sebagai insan muttaqin yang rahmatan lil alaamin sebagai sosok khalifah untuk mengemban amanah berdasarkan sunnnatullah wa sunnarrosul. Menjadi insan yang bersifat, berilmu, berakhlak dan berperilaku sebagai wali-wali Allah, dimulai dari pengenalan diri untuk sampai pada ‘penyatuan’ dengan Illaahi, merefleksikan dari apa yang disampaikan oleh Imam Ali Karromahu Wajhah “man arofa nafsahu faqod arofa robbahu (siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya)”.
    Ketaqwaan harus tercermin dalam pola pikir, sikap dan perilaku. Bukan hanya dijadikan hiasan bibir pemanis kata penghias pembicaraan, taqwa adalah status tertinggi derajat seorang manusia dihadapan Allah, bukan karena ilmu, kekayaan, jabatan maupun keturunan.  Karena Ilmu, harta dan tahta tanpa disertai ketaqwaan dapat mengantarkan manusia menuju kehancurkan dan menjerumuskan kejurang kehinaan. Upaya mewujudkan nilai taqwa dalam diri dan mengaplikasikannya dalam kehidupan hendaklah dengan ke-tawadluan, jangan dengan kesombongan apalagi kemunafikan. Ilmu bisa jadi wasilah untuk memperoleh ketaqwaan asal sesuai dengan sunnatullah wa sunnaturrosul. Jangan sampai ilmu itu justru menjadi virus yang dapat merusak diri kita. Jadikan ilmu itu sebagai penerang dalam kehidupan kita, bukan menjadi media untuk menunjukan keangkuhan, kepongahan atau menjadi sarana untuk menindas, menghina, menghujat dan menyengsarakan orang lain. Semoga dengan berjamaah dalam SAMAKTA DAYA INSANI (SADANI), kita bisa saling mengingatkan untuk menuju gerbang taqwa dan dengan mengupayakan perwujudan konsep Samakta dalam kehidupan, sehingga kita dapat menemukan jati diri yang tahu dan tunduk pada Allah sebagai ar-Robb, al-Malik dan al-Ilaah.