Senjata tajam (sajam) merupakan alat yang tidak dapat lepas dalam
perkembangan sejarah peradaban manusia
baik itu sajam berupa bilah panjang maupun pendek , benda ini memiliki
banyak fungsi dan makna dalam kehidupan manusia baik sebagai perkakas harian ,
atribut sosial maupun alat berperang / mempertahankan diri.
Ada banyak ragam sajam yang
tercipta diberbagai penjuru dunia yang umumnya dikenal dengan sebutan pedang
bagi sajam berbilah panjang, golok bagi sajam berbilah sedang dan pisau bagi
sajam berbilah pendek. Dalam berbagai kebudayaan kuno didunia sajam jenis pisau
memiliki tempat yang sakral baik itu sebagai alat praktis untuk membela diri
maupun benda yang memiliki nilai simbolik dalam sosial kemasyarakatan dan
dipercayai memiliki tuah.
Pada beberapa kebudayaan
kepemilikan pisau menandakan kematangan / kedewasaan seorang laki-laki, selain
itu pisau juga dapat dijadikan simbol status sosial sesorang didalam masyarakat
dengan ragam ornamen hias dan bahan tempa yang beragam. Indonesia sebagai
bangsa yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang menyimpan kekayaan ragam “pisau”
yang luar biasa tidak saja dari segi estetika namun dari segi fungsi dan nilai
filosofis yang terkandung didalamnya.
Senjata tajam tradisional milik
suku sunda di provinsi jawa barat dikenal dengan nama Kujang. Dalam buku kujang
, bedog dan topeng disebutkan bahwa kujang adalah senjata tajam seperti keris
atau parang. Bentuknya unik, berupa tonjolan pada bagian pangkalnya dan
lengkungan pada bagian ujungnya. Bagi masyarakat Sunda , kujang lebih populer
jika dibandingkan keris. Ada beragam versi mengenai asal / arti nama kujang
salah satunya konon kujang memiliki arti kukuh dina jangji (setia pada janji).
Kujang memiliki beberapa fungsi
diantaranya sebagai perkakas berhuma, senjata , pusaka dan penanda klasifikasi
sosial dalam masyarakat. Alat ini memiliki beragam bentuk yang menarik secara
visual beserta variasi-variasi struktur komponen yang sangat artistik dan
menarik untuk dicermati yang tidak terlihat pada senjata-senjata lainnya di
Nusantara.
Bersambung.
No comments:
Post a Comment